Blog yang berisi berita - berita, pikiran - pikiran, kisah dan tulisan - tulisan yang di tulis langsung oleh Rissa Indrasty, seorang mahasiswa jurusan jurnalistik . :)

Rabu, 27 April 2016

Sepanjang Jalan Asia Afrika Bandung

Hiruk Pikuk mewarnai salah satu sudut Kota Bandung.kawasan yang menjadi destinasi wisata para pengunjung ini, seperti tidak pernah tidur. Terlebih saat akhir pekan, sepanjang trotoar tampak selalu penuh oleh lautan manusia. Kendaraan yang melaju dengan kencang seakan – akan sedang berlomba mencari kemenangan, membuat para pengunjung yang ingin menyebrangi jalan tersebut harus menunggu lama dipinggir trotoar.

Jalan Asia – Afrika merupakan salah satu jalan yang sangat asik untuk mengahabiskan waktu disore hari. Trotoarnya yang membentang lebar menjadi salah satu surganya pejalan kaki. Kursi – kursi panjang yang berbaris rapi di tengah trotoar, seperti memang sengaja di rancang bagi para pejalan kaki yang kelelahan atau sekedar untuk duduk sambil melamun menikmati jalanan yang nyaman tersebut.  Lampu yang berasal dari bangunan tua dan dipadukan dengan lampu jalan yang ber-design unik / membawa para pengunjung untuk sejenak merasakan suasana seperti di negara lain//

Jalan Asia Afrika merupakan jalan yang paling tua dan menyimpan sejarah kota yang sering disebut “Paris Van Java” ini. Jalan ini membentang melintasi tugu KM 0 pusat, yang merupakan titik awal lahirnya Kota Bandung.

Dahulu ketika Belanda menjajah Indonesia, salah satu Gubernur Jenderal Belanda, Herman Willem Deandels, sembari menancapkan tongkat disebuah titik mengatakan "Coba usahakan, bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangun sebuah kota",  dimana titik tempat tongkat itu ditancapkan menjadi titik 0 KM Bandung sekarang .

Jalan yang membawa para pengunjung untuk kembali mengingat masa silam Indonesia sebelum merdeka ini, juga diselimuti oleh bangunan – bangunan jaman kolonial Belanda, seperti Grand Hotel Preanger, Savoy Homann dan Gedung Merdeka.

Grand Hotel Preanger dahulu merupakan sebuah toko yang menjual berbagai kebutuhan pengusaha perkebunan di Priangan yang berasal dari Eropa. Tempat ini dijadikan tempat pertemuan para pengusaha perkebunan yang disebut “The Preanger Planters”,  Karena seringnya toko ini dijadikan tempat pertemuan, akhirnya tempat ini dijadikan sebagai tempat yang nyaman untuk berdiam dan beristirahat sehingga dijadikan hotel.

Lalu, Preanger Hotel mendapatan sentuhan Art Deco oleh arsitek, Schoemacker, dibantu oleh asistennya presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Hotel dengan ciri khas bangunan berbentuk kotak – kotak ini, sekarang menjadi salah satu hotel bintang lima di Bandung.

Selanjutnya Hotel Savoy Homann, pada awalnya hotel ini dimiliki oleh imigran asal Jerman. Mr.A. Hommann, kemudian hotel ini semakin terkenal karena kelezatan, rijsttafel, merupakan nama menu makanan buatan, Nyonya Homman. 



Selain itu, hotel ini merupakan tempat para tokoh nasional bahkan dunia menginap ketika berkunjung ke Bandung. Tepat di seberang hotel tersebut terdapat salah satu kantor berita yang terkenal di Bandung, yaitu Pikiran Rakyat. Di kantor surat kabar ini, terdapat replika Mesin Cetak, Guttenberg,   yang merupakan simbol sejarah perkembangan pers di Indonesia.

Bangunan bersejarah lainnya yaitu Gedung Merdeka. Gedung berwarna putih dengan design interior khas Belanda ini merupakan tempat diselenggarakannya konferensi Asia Afrika yang melahirkan suatu rumusan yang disebut, Dasasila Bandung. 

Gedung yang dahulu dikenal dengan sebutan concordia ini, dijadikan sebagai museum Asia – Afrika yang didalamnya terdapat benda – benda peninggalan sejarah Konfrensi Asia Afrika. Selain itu, didalam museum juga terdapat replika para negarawan yang hadir pada saat konferensi, membuat para pengunjung yang berada disekitar replika tersebut dapat merasakan suasana saat berlangsungnya konferensi di masa silam.

Jalan Asia Afrika juga merupakan titik pusat Kota Bandung, dimana terdapat alun – alun dan Masjid Raya Jawa Barat. Terlebih lagi jalan ini semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam maupun luar negri, setelah diselenggarakannya, Asian African Carnival, yang merupakan sebuah acara besar untuk memperingati 60 tahun konfrensi Asia Afrika yang dihadiri oleh presiden – presiden delegasi negara Asia dan Afrika bulan April 2015 lalu.


“Emang rutin seminggu sekali kesini , kalau ga ke museum ke balai kota. kalo dulu sebelum festival asia digelar itu belum seramai ini , bahkan kalau mau pulang naik bis, itu ramai banget. Kaya pulang mudik lebaran”, ungkap Putri Dini, salah satu wisatawan yang ditemui di Jalan Asia - Afrika.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Definition List

Unordered List

Support